Kamis, 28 Juni 2012

Tulisan Tentang Phobia


Artikel Tentang Phobia
Dua minggu yang lalu, saya berkonsentrasi untuk menangani siswa yang tidak mau berangkat ke sekolah dikarenakan memiliki masalah di sekolah yang belum terselesaikan. Namanya Aman (saya pernah membahasnya dalam artikel saya yang berjudul Aku Hanya Diam Ketika Kalian Memanggilku Autis). Pada artikel tersebut, saya menceritakan bahwa Aman memiliki masalah ketidakmampuan menjalin hubunga sosial yang baik dengan teman sebayanya dikarenakan terlalu banyak bermain game online. Semakin berjalannya waktu dan ketidakmampuan Aman untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, masalah Aman ini menjadi meluas. Tidak hanya dengan teman-teman sebayanya tetapi juga dengan guru-guru pengajar.
Yang menjadi perhatian saya adalah ketika Aman berbicara dengan orang lain. Tidak terfokus dengan lawan bicara, hanya tersenyum-senyum sambil menggerakkan kepalanya dengan hitungan patah-patah seperti boneka kayu yang kaku dan pandangan kosong lurus ke depan. Hitungan fokus untuk menatap lawan bicara hanya kurang dari 6 detik dan fokus pada topik pembicaraan hanya kurang dari 9 detik. Pola seperti ini, terulang terus menerus ketika Aman dihadapkan pada situasi yang mengharuskan dia untuk berkomunikasi dengan dua orang atau lebih.
Pola yang terulang terus-menerus setiap kali berbicara dengan Aman,membuat teman-teman sekelasnya menjauhi Aman. Bahkan ada seorang guru yang membentak Aman dengan menggunakan kata “gendheng dan autis.”
Masalah baru muncul. Aman tidak hadir di sekolah sampai hampir 1 minggu. Menurut pengakuan ibunya, setiap disuruh berangkat ke sekolah, badan Aman mendadak panas dan kakinya dingin yang disertai dengan diare. Empat surat izin tidak masuk karena sakit dari orang tua Aman, terdapat diatas meja kerja saya. Tiga kali diperiksakan ke dokter oleh orang tuanya, tidak diketahui adanya penyakit berbahaya. Menurut analisa dokter, sakitnya Aman dikarenakan Aman mengalami stres berat dan ketakutan akan sesuatu. Kepada ibunya, Aman bercerita kalau dia takut berhadapan dengan guru yang mengatakan dia gendheng dan autis. Sehingga membuat dia takut berangkat ke sekolah.
Gejala yang dialami oleh Aman, menunjukkan bahwa Aman terserang Phobia Sekolah. Menurut Jacinta F. Rini, phobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang ketika “masa keberangkatan” sudah lewat atau pada hari Minggu atau hari libur. Phobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolah.
Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai kriteria phobia sekolah, yaitu:
·                Menolak untuk berangkat ke sekolah.

·                Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta pulang

·                Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan tantrum-nya seperti menjerit-jerit di kelas, agresif terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb.) atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan/menentang gurunya

·                Menunjukkan ekspresi/raut wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih guru agar diijinkan pulang dan ini berlangsung selama periode tertentu.

·                Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.

·                Keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.

·                Mengemukakan keluhan lain (diluar keluhan fisik) dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.

·                Senang berdiam diri di dalam kamar dan kurang mau bergaul .
Berdasarkan pengalaman yang sudah saya alami, menangani masalah phobia sekolah cukuplah rumit karena ada keinginan dari anak untuk tidak terbuka terhadap pemasalahannya. Namun, jangan berkecil hati apabila ada anak atau siswa anda yang mengalami phobia sekolah karena saya akan memberikan beberapa cara untuk membantu anak atau siswa dalam menghadapi phobia sekolah.
Untuk orang tua, yang bisa dilakukan adalah :
·                Mengetahui sejak awal gejala yang muncul pada anak sehingga bisa ditangani lebih cepat. Gejala yang muncul ini terjadi pada anak yang berbeda dengan kebiasaan sehari-hari.

·                Tanyakan pada anak sebab terjadinya perubahan tersebut dan beri arahan apabila perubahan itu berdampak negatif bagi anak dan masa depannya.

·                Membantu anak agar bisa menangani masalahnya sendiri dengan memberikan nasehat atau saran serta menanamkan rasa tanggung jawab.

·                Orang tua lebih terbuka atas masalah anak karena masalah yang dialami oleh jaman sekarang jauh berbeda dengan anak-anak jaman dahulu.

·                Berkunsultasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah phobia sekolah anak seperti dengan guru dan psikolog.
Sedangkan untuk guru sebagai wali kelas atau untuk guru pembimbing, yang bisa dilakukan adalah :
·                Memperhatikan kehadiran siswa di sekolah. Apabila siswa jarang masuk atau tidak masuk pada hari-hari tertentu, segera cari tahu apa penyebabnya.

·                Membantu siswa menyelesaikan masalah yang menjadi penyebab munculnya phobia sekolah.

·                Bekerja sama dengan guru bidang studi dan wali kelas terkait dengan phobia sekolah yang dialami siswa.

·                Bekerja sama dengan orang tua untuk mencari tau penyebab munculnya phobia sekolah pada siswa dan bekerja sama dalam menyelesaikannya.

·                Merujuk siswa ke psikolog apabila dirasa masalah phobia sekolah pada siswa sudah tidak dapat ditangani oleh pihak sekolah.
Membimbing siswa lain untuk lebih memperhatikan siswa yang mengalami phobia sekolah dengan harapan dapat memberikan motivasi sehingga masalah phobia sekolah dapat pelan-pelan teratasi.
Pengertian
Sebenarnya apakah phobia itu? Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.
Apa yang menyebabkan phobiaPhobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Menurut Carl Gustav Jung, didalam diri manusia ada yang namanya tak sadar kolektif / collective unconscious /transpersonal unconscious yaitu gudang ingatan laten yang diwariskan oleh leluhur baik leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur pramanusia / binatang (teori Darwin). Ingatan yang diwariskan adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas generasi. Namun yang diwariskan itu bukanlah memori atau pikiran yang spesifik tetapi lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk memikirkan sesuatu. Adanya predisposisi membuat orang menjadi peka dan mudah membentuk kecenderungan tertentu, walaupun tetap membutuhkan pengalaman dan belajar. Manusia lahir dengan potensi kemampuan mengamati tiga dimensi, namun kemampuan itu baru diperoleh sesudah manusia belajar melalui pengalamannya. Proses yang sama terjadi pada kecenderungan rasa takut ular dan kegelapan, menyayangi anak serta keyakinan adanya Tuhan. Sedangkan Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparednessmengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
Walaupun ada ratusan macam phobia tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut merupakan bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu adalah:
  1. Specific phobia
  2. Social phobia
  3. Agoraphobia - takut kepada tempat terbuka (Claustrophobia - takut kepada tempat tertutup, masuk ke dalam specific phobia)
Ada beberapa teknik Untuk penyembuhan phobia:
  1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.
  2. FloodingExposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.
  3. Abreaksi: Si penderita phobia disuruh membayangkan stimulus yang ditakuti kemudian disuruh membayangkan reaksinya jika stimulusnya ada. Setelah itu dimotivasi untuk menghadapi stimulus yang ditakuti tersebut pada saat ini / sekarang.
  4. Desentisisasi Sistematis: Si penderita phobia disuruh rileks sampai serileks-rileksnya dan memejamkan mata. Terapis menghadirkan stimulus takut / cemas dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi secara bertahap dan pelan-pelan. Dalam menghadirkan stimulus dapat secara imajiner ataupun secara langsung.
  5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.

Macam-macam Phobia:
  • Acerbophobia: Ketakutan pada asam.
  • Acousticophobia: Ketakutan pada suara.
  • Acrophobia / Hypsophobia: Ketakutan pada tempat yang tinggi.
  • Aerophobia / Anemophobia: Ketakutan serta panik apabila kulit mereka terkena aliran udara.
  • Agoraphobia / Kenophobia: Ketakutan pada ruang yang kosong atau terbuka.
  • Agyophobia: Ketakutan akan jalan yang ramai dan cenderung takut untuk menyeberang.
  • Allodoxaphobia: Takut pada pendapat.
  • Amatophobia: Ketakutan pada debu.
  • Amaxophobia: Ketakutan berkendaraan.
  • Amychophobia: Ketakutan apabila dirinya disiksa atau mengalami luka / kecelakaan.
  • Androphobia: Androphobia dijumpai pada wanita, yaitu ketakutan pada laki-laki.
  • Anemophobia: Takut pada pergerakan udara atau angin.
  • Anthophobia: Ketakutan terhadap bunga.
  • Anthrophobia / Sociophobia: Ketakutan pada masyarakat atau orang secara umum.
  • Antlophobia: Ketakutan pada sungai, banjir atau air yang mengalir.
  • Apeirophobia: Ketakutan pada hal-hal yang tak terbatas, misalnya: sumur, langit, laut, dll.
  • Apiphobia / Melissophobia: Ketakutan pada binatang yang menyengat.
  • Arachnephobia: Ketakutan pada laba-laba.
  • Asthenophobia: Ketakutan menjadi lemah.
  • Astrophobia: Ketakutan pada langit dan angkasa.
  • Ataxophobia: Takut pada kekacauan atau ketidakrapian.
  • Atephobia: Takut tinggal di pegunungan atau dirumah bertingkat karena dibayangi oleh ketakutan akan reruntuhan.
  • Auroraphobia: Ketakutan pada aurora atau cahaya utara, yaitu suatu fenomena alam yang hanya tampak di daerah belahan utara bumi.
  • Automanophobia: Takut pada suara perut, makhluk animasi, patung lilin, segala sesuatu yang secara salah merepresentasikan makhluk yang memiliki persepsi.
  • Autophobia: Ketakutan pada diri sendiri.
  • Bacilliophobia / Microphobia: Ketakutan akan baksil atau kuman.
  • Ballistophobia: Ketakutan terhadap proyektil, misalnya peluru kendali, roket, mortir atau meriam.
  • Basophobia / Stasiphobia: Ketakutan untuk berdiri tegak atau ketakutan untuk berjalan.
  • Bathophobia: Ketakutan akan kedalaman atau obyek yang lebih tinggi, misalnya gedung pencakar langit atau tebing yang curam.
  • Belonephobia / Aichmophobia: Ketakutan pada benda-benda yang tajam.
  • Bibliophobia: Ketakutan bila melihat buku.
  • Botophobia: Ketakutan pada ruang atau kamar dibawah tanah.
  • Bromhidrophobia: Ketakutan bila dirinya mengeluarkan bau badan atau takut kepada bau badan orang lain.
  • Brontophobia: Ketakutan akan suara halilintar.
  • Bufonophobia: Takut pada katak.
  • Cancerphobia: Ketakutan akan akan penyakit kanker.
  • Cheimaphobia / Psycrophobia: Ketakutan bila kedinginan.
  • Chermatophobia: Ketakutan terhadap uang.
  • Chromatophobia: Ketakutan akan warna-warna tertentu, misalnya ketakutan akan warna merah (erythrophobia). Phobia terhadap warna hitam lebih sering dihubungkan dengan phobia terhadap kegelapan (noctiphobia).
  • Chronophobia: Ketakutan pada suara jam berdentang.
  • Cibophobia: Takut makan karena takut menjadi sakit akibat kuman yang ada dalam makanan.
  • Claustrophobia: Ketakutan berada dalam ruangan sempit.
  • Cleithrophobia: Ketakutan apabila terkunci didalam suatu ruangan.
  • Clinicophobia: Ketakutan untuk ke dokter atau berobat.
  • Cremnophobia: Ketakutan berada di tebing yang curam.
  • Coitophobia: Ketakutan untuk melakukan persetubuhan dengan lawan jenis.
  • Coprophobia / Mysophobia / Tocophobia: Takut terhadap kotoran.
  • Crystallophobia / Hyalophobia: Ketakutan terhadap benda-benda yang terbuat dari gelas.
  • Cynophobia: Ketakutan terhadap anjing.
  • Demonophobia / Ghostphobia: Ketakutan akan setan-setan.
  • Diabetophobia: Takut terhadap penyakit diabetes / kencing manis.
  • Domatophobia / Oikophobia: Ketakutan yang terjadi bila berada didalam rumah.
  • Doraphobia: Ketakutan yang terjadi bila menjamah bulu binatang.
  • Dromophobia: Ketakutan untuk mengembara.
  • Dysmorphophobia / Teratophobia: Takut pada orang cacat.
  • Electrophobia: Ketakutan terhadap listrik.
  • Electrophobia: Ketakutan terhadap listrik.
  • Entomophobia / Melissophobia: Ketakutan pada serangga.
  • Ereutophobia: Ketakutan akan rasa malu.
  • Ergophobia: Takut bekerja.
  • Erotophobia: Takut akan cinta sexuil.
  • Eurotophobia: Takut pada alat kelamin wanita.
  • Galeophobia / Ailurophobia / Gatophobia: Takut akan kucing.
  • Gamaphobia: Takut akan perkawinan.
  • Genophobia: Takut sakit demam panas.
  • Gephyrophobia / Gephydrophobia / Gephysrophobia: Takut menyeberang jembatan.
  • Gerontophobia: Ketakutan terhadap usia tua.
  • Graphophobia: Ketakutan bila melihat tulisan.
  • Gynaephobia: Perasaan takut kepada wanita.
  • Hadephobia: Takut akan neraka.
  • Hamartophobia: Takut akan dosa dan kesalahan.
  • Hapephobia: Ketakutan terhadap sentuhan fisik.
  • Hellenologophobia: Takut pada istilah atau terminologi ilmiah rumit dari bahasa Yunani.
  • Hierophobia: Ketakutan akan barang-barang suci.
  • Hematophobia: Ketakutan melihat darah.
  • Heliophobia: Ketakutan bila melihat atau terkena sinar matahari.
  • Hodophobia: Takut bepergian.
  • Homichlophobia: Ketakutan pada kabut.
  • Homophobia: Ketakutan pada orang-orang homo seks.
  • Hormephobia: Takut pada suatu kejutan.
  • Hydrophobia / Iyssophobia: Takut pada air.
  • Hygrophobia: Ketakutan pada tempat yang lembab.
  • Hylophobia: Ketakutan terhadap hutan.
  • Hypengyophobia: Ketakutan terhadap tanggung jawab.
  • Hypnophobia: Ketakutan untuk tidur.
  • Ichtyophobia: Ketakutan terhadap ikan.
  • Ideophobia: Ketakutan akan ide-ide.
  • Iophobia: Ketakutan bila melihat racun.
  • Kakorhaphiophobia: Takut akan kegagalan.
  • Kathisophobia: Takut duduk.
  • Kinesophobia: Takut melihat gerakan-gerakan.
  • Kleptophobia / Harpaxophobia: Takut pada pencuri atau perampok.
  • Linonophobia: Takut akan benang, tali atau senar.
  • Lygophobia: Takut berada di tempat gelap.
  • Lyssophobia: Takut bila menjadi gila.
  • Mastigophobia: Takut pada hukuman.
  • Merinthophobia: Ketakutan bila diikat.
  • Metallophobia: Ketakutan terhadap benda-benda logam.
  • Misophobia: Takut terkena kotoran atau kuman.
  • Monophobia: Takut bila ditinggal seorang diri.
  • Myctophobia: Takut akan apa-apa yang gelap.
  • Mythophobia: Takut untuk tertipu.
  • Necrophobia: Takut terhadap orang mati atau mayat.
  • Neophobia / Kainophobia: Takut pada segala sesuatu yang baru.
  • Nyctophobia: Takut gelap atau malam.
  • Obesitophobia: Ketakutan untuk menjadi gemuk.
  • Octophobia: Takut pada angka 8.
  • Odontophobia: Takut pada gigi binatang.
  • Ombrophobia: Takut pada hujan.
  • Onemophobia / Phronemophobia: Takut untuk berpikir.
  • Onomatophobia: Takut mendengar suatu nama tertentu.
  • Ophidiophobia: Takut akan ular atau binatang melata.
  • Ophthalmophobia / Scopophobia: Takut dilihat oleh orang lain.
  • Oneirophobia: Takut pada mimpi.
  • Ornithophobia: Takut pada burung.
  • Papyrophobia: Takut pada kertas.
  • Paraphobia: Takut pada penyimpangan seksual.
  • Pathophobia / Nosophobia: Takut akan penyakit.
  • Peccatiphobia: Takut berbuat dosa.
  • Pedagogiephobia: Takut pada suatu pendidikan.
  • Pediculophobia: Takut pada binatang kutu.
  • Pedophobia: Takut berjumpa dengan anak-anak.
  • Pengophobia: Takut pada siang hari.
  • Pharmacophobia / Hydrargyrophobia: Takut terhadap berbagai macam obat-obatan.
  • Photophobia: Takut akan sinar atau cahaya.
  • Phobophobia: Takut pada phobia.
  • Phonophobia: Takut pada bunyi atau suara (termasuk suaranya sendiri).
  • Pnygophobia: Ketakutan akan bayangan kematian tidak dapat bernapas atau tercekik.
  • Pyrexeophobia / Febriphobia: Takut pada panas.
  • Pyrophobia: Takut terhadap api.
  • Rhabdophobia: Takut dipukul.
  • Rodentiophobia: Takut terhadap tikus.
  • Scatophobia: Takut pada kotoran atau tinja.
  • Scelerophobia: Takut pada orang-orang jahat / perampok.
  • Selaphobia: Takut pada kilat.
  • Siderodromophobia: Takut pada kereta api, rel atau perjalanan dengan menggunakan kereta api.
  • Social Phobia: Takut dinilai secara negatif dalam situasi-situasi sosial.
  • Sociophobia / Ochlophobia / Polyphobia: Ketakutan akan sekumpulan orang.
  • Surgerophobia: Ketakutan untuk menjalani suatu operasi.
  • Taphephobia: Ketakutan apabila dikubur hidup-hidup.
  • Telephonophobia: Takut pada telepon.
  • Teratophobia: Ketakutan akan melahirkan anak cacat atau anak yang menyerupai monster.
  • Thalassophobia: Ketakutan terhadap lautan.
  • Thanatophobia / Thantophobia: Takut pada kematian.
  • Theophobia: Ketakutan terhadap Tuhan.
  • Tocophobia / Maieusiophobia: Takut bila melihat kelahiran bayi.
  • Toxicophobia: Takut akan diracun.
  • Trichophobia: Ketakutan pada rambut atau bulu.
  • Triskaidekaphobia: Ketakutan pada bilangan 13.
  • Ufophobia: Ketakutan akan munculnya makhluk angkasa luar.
  • Vaccinophobia: Takut di suntik.
  • Verminophobia: Takut pada kuman.
  • Vermiphobia / Helminthophobia: Takut pada cacing.
  • Xenophobia: Ketakutan pada orang asing atau orang dari negara asing.
  • Zoophobia: Takut pada binatang.
  • dll